Sandal Yang Ditemukan Masjid

|

Selesai menunaikan ibadah sholat biasanya ditemukan sandal orang lain yang tertinggal atau bahkan tertukar dengan sandal yang ada. Kemudian ada sejumlah pertanyaan yang muncul dari jama'ah tentang kebolehan memakai sandal tadi. 
Kalau yang dimaksud memakai sandal itu adalah menggunakannya sebentar untuk berwudhu atau untuk keperluan lain kemudian langsung mengembalikannya ke tempatnya, boleh, asalkan yakin bahwa pemilknya ridho. Tetapi bila yang dimaksud adalah mengambilnya untuk memiliki, maka tidak boleh (haram), karena yang ditemukan adalah barang temuan (luqathah). 
Dalam itab Bughyah al_Mustrasyidin dijelaskan, termasuk (mengambil) luqathah (barang temuan) adalah mengganti / menukar sandal miliknya dengan sandal orang lain kemudian mengambilnya. Tidak halal memakainya kecuali setelah diumumkannya sesuai dengan persyaratan, atau sudah yakin bahwa si pemilik memang sengaja meninggalkannya.
Baca Selengkapnya - Sandal Yang Ditemukan Masjid

Kenapa Telinga Berdengung

|

Ketika saya berjalan bersama teman-teman, salah satu teman saya bertanya kepada saya kenapa telinganya kadang-kadang sering berdengung. Lalu saya jawab dengan syarah yang ada, yaitu sesungguhnya suara "nging" (berdengung) dalam telinga itu karena Rasulullah SAW menyebut orang yang telinganya bersuara itu dalam perkumpulan yang tertinggi (al malail a'la) dan supaya ia ingat kepada Rasulullah SAW dan membaca shalawat kepada beliau. Dalam kitab al 'Azizi 'ala Jami'ish Shaghir dikatakan, "Jika telinga salah seorang kalian berdengung,  hendaknya ia mengingat aku (Rasulullah SAW) dan membaca shalawat kepadaku serta mengucapkan Dzakarallahu man dzakarani bikhayr (Allah menyebut yang menyebutku dengan kebaikan). "Imam Al Manawi berkata, "Sesungguhnya telinga itu berdengung ketika datang berita baik ke ruh, yaitu Rasulullah SAW telah menyebut orang tersebut (pemilik telinga yang berdengung) dengan kebaikan di al malail a'la (perkumpulan atau majelis tertinggi) di alam ruh."
Baca Selengkapnya - Kenapa Telinga Berdengung

Mengatasi Waswas

|

Teman lak-laki saya menanyakan masalah kegundahan hatinya ketika ia harus menghadapi suatu masalah ataupun dalam hal beribadah. Oleh karena itu saya mencoba mencari rujukan yang tepat untuk menjawab persoalan tersebut. Kemudian jawaban tersebut saya temukan dalam syarah Imam Al – Ghazali.
Menurut Imam Al – Ghazali waswas disebabkan kemakrifatan kita kepada Allah sedikit goyah dikarenakan bisikan setan. Kemakrifatan yang dimaksud di sini tentu bukan yang berkaitan dengan sifat wahdaniyah (keesaan) Allah Ta’ala, tetapi berkaitan dengan sifat Maha Melihat dan Mendengar yang dimiliki Allah SWT.
Sebenarnya dalam benak kita sudah tertanam keyakinan bahwa Allah Maha Mendengar dan Melihat apa yang telah, sedang atau akan kita lakukan. Namun bisikan penggoda kemudian menurunkan kadar keyakinan kita, bahkwan kepada diri kita sendiri.
Cara menyembuhkannya, menurut Imam Al Ghazali, adalah dengan memantapkan hati bahwa wudhu dan shalat kita hanya untuk Allah Ta’ala. Hanya Allah yang berhak menilai ibadah kita. Saat mulai berwudhu, misalnya, kita langsung meyakinkah hati dan akal kita bahwa Allah pasti sudah melihat ibadah kita dan mendengar niat kita yang melakukannya dengan benar.
Begitu suatu rukun wudhu sudah kita lakukan tiga kali, langsung saj kita lanjutkan ke rukun berikutnya. Tepis bisikan-bisikan yang membuat kita ragu. Ucapkan dalam hati, “Wudhuku ini untuk Allah, bukan untukmu, hai setan.” Insya Allah perlahan rasa waswas akan hilang.
Ikhtiar lainnya, setiap usai shalat, jangan lupa membaca surah An-Nas lima belas kali, dengan niat memohon perlindungan kepada Allah dari bisikan setan yang membuat hati kita waswas.
Baca Selengkapnya - Mengatasi Waswas

Apakah Islam Mengakui Reinkarnasi?

|

Beberapa minggu yang lalu saya mendapatkan pertanyaan dari seseorang tentang reinkanarsi menurut Islam seperti apa? Maka saat itu juga saya menjawab dengan syarah yang pernah dijelaskan Habib Luthfi dalam rubrik majalahnya.
Saya jawab kalau dalam agama lain memang ada reinkarnasi, namun dalam Islam tidak ada yang namanya reinkarnasi dalam arti ruh seseorang dikembalikan ke dunia untuk menjalani kehidupan kedua, ketiga, dan seterusnya, dalam bentuk yang berbeda, sesuai perbuatannya di kehidupan sebelumnya. Menurut Islam, seseorang yang sudah dipanggil kembali kepada Allah, ruhnya akan tinggal di alam barzakh. Melalui pintu kubur, untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Ruh si mayit tidak akan pernah dikembalikan ke dunia untuk mengulang kehidupannya untuk kali kedua dan seterusnya. Sebab ia sudah mendapatkan jatahnya selama sekian waktu menjalani kehidupan dan melakukan berbagai amal perbuatan, yang baik maupun yang buruk.
Rekaman perbuatannya selama hidup itulah yang kemudian akan terus hidup di dunia dan menjadi pelajaran bagi orang yang masih hidup, terutama keturunannya.
Jika baik, perbuatan itu akan menjadi keteladanan yang akant erus dihidupkan-hidupkan kembali oleh anak-cucu dan orang di sekitarya. Tapi jika buruk, perbuatan orang tersebut akan terus dikenang sebagai contoh buruk yang harus dihindari.
Justru karena cuma karena mendapat kesempatan sekali itulah semua orang harus berhati-hati dalam menjalani kehidupannya, agar tidak salah langkah. Yakni, dengan berpegang teguh pada syariat Allah dan Rasul-Nya.
Baca Selengkapnya - Apakah Islam Mengakui Reinkarnasi?

Tahajjudnya Nabi

|

Allah secara khusus memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menegakkan shalat malam, yang disebut dengan shalat Tahajjud. Ketika itu, beliau sedang gelisah dan berharap-harap cemas, karena sekian lama, sejak pertama kali menerima wahyu di Gua Hiro, wahyu itu tak kunjung juga datang. Hampir beliau putus asa, khawatir Allah SWT meninggalkannya.
Tak berapa lama Allah SWT menurunkan lagi wahyu, kali itu tentang pentingnya shalat Tahajud. “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sholat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya, atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Quran dengan perlahan.”(AS Al-Muzammil : 1-4)
Sejak menerima wahyu tersebut, Rasulullah SAW tak pernah meninggalkan shalat Tahajud, hingga wafat. Meskipun sunnah, shalat Tahajud merupakan ibadah yang sangat penting sesudah shlat rawatib alias shalat wajib, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Isra ayat 79, “Dan pada sebagian malam, bershalat Tahajudlah kamu sebagai ibadah tambahan. Mudah-mudahan Allah mengangkat kamu ke tempat yang terpuji” (maqoman mahmudah) anatara lain dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits, “Shalat Tahajud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan, dan menghindarkan penyakit.” (HR. Tirmidzi).
Rasulullah serta para kekasih Allah adalah manusia-manusia teladan dalam hal mendirikan Tahajud atau shalat malam. Atha’bin Abi Rabbah RA, sahabat Rasulullah SAW, dalam sebuah riwayat  pernah berkata, “Suatu hari aku pergi ke rumah Ummul Mu’minin Aisyah RA. Aku bertanya kepadanya tentang perbuatan Nabi Muhammad SAW yang paling menakjubkan. Namun dari semua perbuatan beliau yang sangat menakjubkan itu adalah suatu malam ketika beliau sedang beristirahat tiba-tiba beliau bangkit dari tempatnya lau mengambil air wudhu dan mendirikan sholat dan dalam sholatnya air mata beliau mengalir dengan deras sekali sehingga baju yang beliau kenakan basah. Kemudian beliau bersujud dan begitu derasnya tetesan air mata beliau sehingga tanah pun basah karena iar mata beliau. Hal itu berlangsung hingga tiba waktu subuh’.
Ketika Bilal shalat Subuh bersama Nabi Muhammad SAW dan melihat menanggis dalam shalatnya, ia bertanya, “ Mengapa Tuan menangis begitu? Bukankah Tuan telah terliputi olehkasih sayang Allah SWT?
Rasulullah SAW pun menjawab, “tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur.”
Baca Selengkapnya - Tahajjudnya Nabi

Istilah Dalam Isra dan Mi'raj

|

Dalam bulan Rajab telah terjadi peristiwa besar yang mewarnai perjalanan risalah Nabi Muhammad SAW yaitu Isra dan Mi'raj. Berikut ini adalah beberapa istilah yang berhubungan dengan peristiwa tersebut :

Buraq 
Asal katanya barq, yang berarti "kilat". Kendaraan yang dinaiki Rasulullah dalam perjalanan mi’rajnya dari Masjidil Aqsha yang memiliki kecepatan seperti kilat yang melesat dalam sekejap mata. Menurut riwayat Anas bin Malik, kendaraan itu menyerupai sejenis binatang yang ukuran tubuhnya lebih besar daripada keledai lebih kecil daripada bighal (hewan hasil perkawinan silang kuda dengan keledai) berwarna putih bersih lagi harum baunya.
I’jaz
Melemahkan, mengalahkan, membatalkan pendapat dengan menunjukkan hal yang benar atau sesungguhnya. Ini berkaitan dengan keistimewaan/kemukjizatan nabi.
Irhash
Kejadian luar biasa sebelum masa kenabian seorang nabi dan rasul. Adakalanya istilah ini dinisbahkan bagi peristiwa luar biasa yang dialami oleh seorang wali Allah
Isra Mi’raj
Perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Yerusallem, Palestina, lalu menuju ke Sidratul Muntaha, yang berada di langit, dengan jasad dan ruh beliau, pada suatu malam, tanggal 27 Rajab tahun 11 H/620 M.
Istidraj
Hal-hal yang luar biasa yang terjadi pada diri seorang biasa yang bukan rasul, nabi, wali, atau yang orang shalih. Makna lainnya, pembiasan ajaran secara perlahan, penipuan, dan pemutarbalikan fakta.
Kasyaf
Menurut Al-Ghazali, kasyaf adalah penjelasan tentang sesuatu yang semula tertutup bagi manusia, kemudian tersinggung bagi seseorang yang mendapatkan manhajnya dari Allah SWT melalui sarana qalbu yang bening. Singkatnya, kasyaf adalah tersingkapnya tabir keghaiban. Nabi Muhammad SAW pun melalui proses kasyaf dalam melewati proses perjalanan luar biasa Isra Mi’raj. Dari proses insyirah (pembersihan hati) hingga mi’raj (Perjalanan menaiki alam langit).
Ma’unah
Peristiwa luar biasa yang dialami seorang manusia yang beriman dan beramal shalih dalam bentuk pertolongan Allah.
Mu’jizat
Peristiwa luar biasa yang dialami oleh seorang nabi atau rasul sebagai bukti atas kenabian. Dinamakan mu’jizat karena ia melemahkan bantahan orang-orang terhadap kenabian dan kerasulan. Seperti mu’jizat Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra dan Mi’raj.
(Ash)-Shiddiq
Yang membenarkan kebenaran dengan kejujuran. Gelar yang diberikan Rasulullah SAW kepada sahabat Abu Bakar RA.
Suatu ketika Abu Jahal bin Hisyam mengumpulkan orang-orang di pasar ‘Ukazh untuk mengolok-olok peristiwa Isra Mi’raj yang disampaikan Nabi kepadanya. Ketika bertemu Abdullah bin Abi Quhafah, yang dikenal dengan Abu Bakar RA, ia sampaikan olok-olok itu. Namun tanpa diduga, jawaban Abu Bakar justru meyakini dan membenarkan peristiwa tersebut. Semenjak itu gelar Ash Shiddiq melekat di belakang nama Abu Bakar RA.
Baca Selengkapnya - Istilah Dalam Isra dan Mi'raj